TUGAS :
MAKALAH KMB
DOSEN :
NS. MUSRIANI, S.Kep., M.Kes
DI SUSUN
OLEH KEL IV:
WA ENI KOLA
LISNA WATI
JAMALIA
JUMALIA NUR FAESAT
INDRA NUR CAHYANI
WA ODE NOVE
TINGKAT: II.A
AKADEMIK KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN
MUNA
TAHUN AJARAN
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilllah
kami haturkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah KMB. Dimana dalam makalah ini membahas mengenai KONSEP DASAR DAN KONSEP KEPERAWATAN PENYAKIT
SINDROM NEFROTIK. Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.
Oleh
karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk masukan dan
kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan
menyegarkan wawasan yang lebih bijaksana sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang kompetitif, karena dengan
adanya kritik dan saran yang membangun tersebut dapat memberikan wawasan kepada
kami untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.
Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Raha,21 september 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………..… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I
»PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG………………………………………………… 1
B.
RUMUSAN MASALAH……………………………………………… 1
C.
TUJUAN PENULISAN……………………………………………….. 1
D.
MANFAAT PENULISAN…………………………………………….. 2
BAB II
»PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR …………………………………………………… 3
1.
PENGERTIAN………………………………………………… 3
2.
ETIOLOGI……………………………………………….......... 3
3.
PATOFISIOLOGI…………………………………………….. 4
4.
MANIFESTASI KLINIS……………………………………… 4
5.
TANDA DAN GEJALA………………………………………. 4
6.
KOMPLIKASI………………………………………………….. 5
7.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.…………………………….. 5
8.
PATHWAY……………………………………………………. 6
B.
KONSEP KEPERAWATAN….…………………………………….. 8
1.
PENGKAJIAN………………………………………………… 8
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………… 11
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN…………………………….. 12
4.
IMPLEMENTASI …………………………………………….. 15
5.
EVALUASI……………………………………………………. 16
BAB III
»PENUTUP
A.
KESIMPULAN…………………………………………………….. 17
B.
SARAN…………………………………………………………….. 17
DAFTAR PSTAKA……………………………………………………….…………… 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sindrom
nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,hipoproteinemia,
edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika
dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun
per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun,
dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.Sindrom nefrotik
merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik
Khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang
dirawat antara tahun 1995-2000.Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus
sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini.
Etiologi
SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital,glomerulopati
primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti
pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom
nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan
kelainankongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada
tulisan ini hanyaakan dibicarakan SN idiopatik.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
konsep dasar dari penyakit SN?
2.
Bagaimana
konsep keperawatan penyakit SN?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Memperoleh
pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan asuhan keperawatan pada
penderita penyakit sindrom nefrotik.
Serta di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan tentang penyakit
sindrom nefrotik
2.
Tujuan Khusus
Dengan membaca
makalah ini mahasiswa ataupun pembaca mampu:
a.
Mengetahui
bagaimana konsep dasar dari penyakit sindrom nefrotik
b.
Mengetahui
bagaimana konsep keperawatan dari penyakit sindrom nefrotik.
1
D.
MANFAAT
PENULISAN
a.
Bagi
rumah sakit
Sebagai
sumbangan informasi tentang kasus- kasus dengan penyakit sindrom nefrotik.
b.
Bagi
institusi pendidikan
Dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran atau perkuliahan mengenai
konsep dasar dan konsep keperawatan yang berhubungan dengan penyakit sindrom nefrotik.
c.
Bagi
profesi keperawatan
Dapat menjadi
penambah pengetahuan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan khususnya
dalam melakukan praktik kesehatan serta dalam proses pembuatan ASKEP
d.
Bagi
penulis
Menambah
wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan mengenai
penyakit sindrom nefrotik, serta dapat dijadikan sebagai panduan belajar dan
dalam pembuatan asuhan keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong,
2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal.
2. ETIOLOGI
Penyebab umum penyakit tidak
diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi suatu bentuk penyakit
autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagimenjadi 4
kelompok :
1. Sindroma nefrotik bawaan.
Adanya reaksi fetomaternal terhadap
janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik
2. Sindroma nefrotik sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh
adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena
renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
raksa, amiloidosis dan lain-lain
3. Sindroma nefrotik idiopati
Berdasarkan histopatologis Sindro
nefrotik idiopati dibagi dalm beberapa golongan (Churg dkk)
a. Kelainan minimal
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefritis poliferatif
4. Glumerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok
sclerosis glomerulus. Sering di sertai atrofi trubulus dan prognosis yang
buruk.
3
3. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah
ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan
air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein
karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak
dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,
kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia
4. MANIFESTASI
KLINIK
a. Edema
b. Proteinuria
c. Hipoalbuminemia
d. Hiperkolesterolemia.
e. Oliguria
f. Beta 1C
globin (C3) normal
5.
TANDA
DAN GEJALA
Tanda
dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:
1.
Kenaikan berat badan
2.
Wajah tampak sembab (edema
fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan
berkurang di siang hari
3.
Pembengkakan abdomen (asites)
4.
Efusi pleura
5.
Pembengkakan labia atau skrotum
6.
Edema pada mukosa intestinal yang
dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
7.
Pembengkakan pergelangan kaki /
tungkai
8.
Iritabilitas
9.
Mudah letih
10.
Letargi
11.
Tekanan darah meningkat
12.
Rentan terhadap infeksi
13.
Perubahan urin seperti penurunan
volume dan urin berbuih
4
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
1.
Hipovolemi
2.
Infeksi pneumokokus
3.
Emboli pulmoner
4.
Peritonitis
5.
Gagal ginjal kronis
6.
Dehidrasi
7.
Venous trombosis
8.
Aterosklerosis
7. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Analisa urine : Adanya
protein, silinder, sel darah merah
b. Analisa darah : Protein serum (total albumin,
globulin, kolestrol)
5
8.
Fungsi filtrasi
glomerolus
|
Perubahan permeabilitas membrane glomerolus
|
Kerusakan glomerolus
|
Idiopatik,
sekunder bawaan dan local segmen
|
Protein
terfiltrasi
|
Pengeluaran
ig G & ig A
|
Pengeluaran
antitrombin
|
Hipoalbumi
nemia
|
Tekanan
koloid
|
Darah
cepat membekuh
|
Sistem imun
|
Peningkatan
tekanan hidrostatik
|
trombus
|
Resiko
infeksi
|
Kelebihan
folume cairan
|
Cairan
masuk ke ekstraseluler
|
Edema
|
Penurunan
volume intrafaskuler
|
Penekanan
tubuh terlalu dalam
|
Alat
kelamin membengkak
|
Asites
|
Penurunan
nutrisi dan O2
|
Hipoksia
jaringan
|
Mata
|
Pembengkakan
pda poriorbita
|
Paru-paru
|
Menekan saraf fagus
|
Menekan
diafragma
|
Peningkatan
ADH
|
Persepsi
kenyang
|
Otot
pernapasan tidak optimal
|
Efusi
pleura
|
Iskemia
|
Nekrosis
|
Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas
|
Nafsu
makan menurun
|
Nafas
tidak adekuat
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
Ketidak
efektifan pola nafas
|
kelemahan
|
Peningkatan
reabsorbsi air
|
Kerusakan
integritas kulit
|
Ketidak
efektifan perfusi jaringan perifer
|
Peningkatan
sintesis protei di hati
|
Peningkatan alpha 2-maroglobulin &
lipoprotein
|
Hambatan mobilitas fisik
|
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
|
Penurunan volume urin yang di ekskresi
|
Pemecahan lemak dan protein
|
Malnutrisi
|
hiperlipida
|
Oliguri
|
Hipofolemia
|
Peningkatan granulasi sel-sel gromerolus
|
Sekresi renin
|
Mengubah angiotensin menjadi angiotensin I & II
|
Peningkatan kolesterol darah
|
Peningkatan LDL & VLDL
|
Peningkatan aldosteron
|
Efek vasokontriksi arterioral perifer
|
Penurunan tekanan arteri
|
Merangsang reabsorbsi Na+ dan air
|
Penngkatan volume plasma
|
Peningkatan tekanan darah
|
Peningkatan beban kerja jantung
|
Penurunan curah jantung
|
Absorbs air oleh usus
|
Feses mengeras
|
Konstipasi
|
7
B.
KONSEP KEPERAWATAN
Proses keperawatan di anggap sebagai
suatu dasar huku praktik keperawatan. Menggunakan proses keperawatan sebagai
suatu pedoman dalam mengembangkan standar praktik keperawatan,
Proses keperawatan telah di gunakan
sebagai suatu kerangka konsep kurikulum keperawatan, yang terdiri atas lima
tahap yaitu: pengkajian, diagnose, interfensi, implemenasi dan evaluasi. Tahap-
tahap tersebut tidak dapat di pisahkan dan saling berhubungan yang dapat di jadikan sebagai pedoman dalam
mencapai tujuan keperawatan yaitu meningkatkan, mempertahankan kesehatan dan
membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada paien terminal serta
memungkinkan pasien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya sendiri menjadi
lebih baik. (Basford & Slevin, 2006)
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses keperawatan yang sistematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data unruk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien ( Basford & Slevin, 2006).
a.
Pengumpulan data.
Pengumpulan data
merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang klien yang di lakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah- masalah serta kebutuhan klien, biasanya
menggunakan anamnesa, atau wawancara, obserfasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi, data dapat di peroleh dari klien sendiri, keluarga klien atau
orang lain yang ada hubungannya dengan klien, catatan medic serta tim kesehatan
lain (Basford & Slevin, 2006)
1.
Biodata
a. Identitas
Klien.
Meliputi Nama,
umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua atau orang yang bertanggung jawab.
b.
Identitas Penanggung Jawab
Meliputi Nama, umur,status, jenis
kelamin, alamat, suku atau bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2.
Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan sekarang
1) Keluhan
Utama
Keluhan utama adalah
hal yang paling dirasakan saat dilakukan pengkajian.Biasanya keluhan utama pasien adalah
badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun.
8
2) Riwayat
Keluhan Uatma.
Menggambarkan informasi
yang berkaitan dengan keluhan utama dengan menggunakan metode PQRST yaitu:
i.
Paliatif/Profokatif (P): apakah ada
peristiwa yang menjadi factor timbulnya keluhan dan bertambah atau berkurangnya
keluhan.
ii.
Quqlitatif/quantitas (Q): bagaimana bentuk
dan gambaran keluhan dan sejauh mana tingkat keluhan
iii.
Region/Radiasi ( R ) : lokasi keluhan
dirasakan dan penyebarannya.
iv.
Skala/Saverity (S) : identitas keluhan
apakah sampai mengganggu atau tidak
v.
Timing/time ( T ): kapan waktu mulai
terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung, serta pada saat apa
serangan terjadi
3) Riwayat
Sebelum Masuk Rumah Sakit
Riwayat yang
menjelaskan tentang alasan klien masuk rumah sakit, termaksut kronologis
terjadinya penyebab tersebut.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu.
Riwayat
penyakit yang pernah diderita. Misalnya edema masa neonatus, malaria, riwayat
glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis.
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga.
Data keluarga
yang menderita penyakit yang sama, karena
kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi
biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
3. Pola aktivitas sehari- hari
a.
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya
edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.
b.
Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri.
Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.
c.
Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas
(sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
d.
Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan
hospitalisasi.
e.
Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah
selama di rumah sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas
perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
9
4.
Riwayat Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orang tua.
5.
Riwayat psikososial
Bagaimana hubungan social pasien dengan keluarga ataupun
perawat, serta bagaimana tanggapan pasien terhadap penyakit yang di derita
6.
Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan umum : lemah
b)
Kesadaran
Pada umunya : Compos mentis E5 M6 V5
c)
Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan TD, pemeriksaan umum, pemeriksaan secara
persistem inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d) Sistem Indra
1.
Mata : Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
2.
Telinga : Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya
keluaran.
3.
Hidung :Penciuman baik
Mulut : Kebersihan
gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering,
pucat.
e)
Sistem pernapasan
Suara paru saat bernapas mungkin
ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan ekspansi paru sama atau
tidak. Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
f)
Sistem kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya bunyi
jantung abnormal, kardiomegali. Adanya distensi vena jugularis karena edema
seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.Pembengkakan pada area bawah, peningkatan TD,
peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher
(pada kasus berat), adanya nyeri tekan pada bagian dada.
g)
Sistem pencernaan
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal,
mukosa bibir biasanya kering, pucat. Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali, abdomen simetris dan bising
usus positif. Nafsu makan menurun, peningkatan berat badan menunjukan udema
(bronhkitis) Rectum atau anus masi berfungsi dengan baik. Refleks muntah aktif.
10
h)
Sistem perkemihan
Pembengkakan
pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada
penis,jumlah urin yang di produksi 600-700 ml/ hari. Adanya hematuria dan
poliuria.
i)
Sistem endokrin
Biasanya kelenjar tidak teraba.
Tiroid dan nodus tidak teraba.
j)
Sistem integumen
Biasanya kulit pasien ditemukan berwarna pucat
karena kekurangan darah, dan biasanya kasar. Adanya pembengkakan disebagian
tubuh.
k)
Sistem reproduksi
Pembengkakan pada labia atau
skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada penis, tidak ada rabas
fagina.
l)
Sistem musculoskeletal
Keletihan, insomnia, malaise, ketidakmampuan
untuk melakukan aktifitas sehari-hari, penurunan kemampuan
m)
Sistem imun
Daya tahan tubuh lemah karena
penurunan metabolisme sel.
n)
Sistem persarafan
Pada klien PPOK biasanya tidak ditemukan
gangguan persarafan GCS biasanya normal,
E5 V5 M5
7.
Pemeriksaan
Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila
terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi
glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid
meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal
dan tidak ada krioglobulin.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh diagnose yang akan
mungkin muncul pada penderita sindrom nefrotik yaitu :
a. Kelebihan
folume cairan
b. Ketidak
efektifan pola hafas
c. Resiko
infeksi
d. Kerusakan
integritas kulit
e. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan afterload, kontraktilitas dan frekuensi
jantung
11
f. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
g. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
h. Hambatan
mobilitas fisik
i.
Keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan
3.
INTERFENSI
Rencana keperawatan adalah penentuan bagaimana dapat membantu klien dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan pemulihan, pemeliharaan, atau promosi kesehatan
( Paula J. Christensen Janet W. Kenney, 2009).
No
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
NOC
|
NIC
|
1
|
KELEBIHAN
FOLUME CAIRAN
Defenisi: peningkatan retensi cairan isotonic
|
1.
Terbebas dari edema, efusi dan anaskara
2.
Bunyi nafas bersih tidak adadyispneu/ortopneu
3.
Terbebas dari dsitensi vena jugularis, reflek
hepatojugular(+)
4.
Memelihara tekanan vena, sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal,
5.
Menjelaskan indicator kelebihan cairan
|
1.
Timbang pokok /pembalut jika di perlikan
2.
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3.
Pasang urin kateter jika di perlukan
4.
Monitor hasil HB yang sesuai dengan retensi cairan
5.
Monitor vital sign
6.
Kaji lokasi dan luas edema
7.
Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake
kalori
8.
Monitor status nutrisi
9.
Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
10.
Monitor adanya distensi leher, edema perifer dan penambahan
berat badan
11.
Monitor tanda dan gejala dari edema
|
2
|
KETIDAK
EFEKTIFAN POLA NAFAS
Defenisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
mmberi ventilasi
|
1.
Mendemonstrasikan batuk efektif, dari nafas yang
bersih, tidak ada sianosis (mampu mengeluarkan sputum dan mampu bernapas
dengan mudah
2.
Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal dan
tidak ada suara yang abnormal)
3.
TTV normal (TD, suhu dan pernapasan).
|
1.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas
3.
Buka jalan nafas
4.
Monitor TD, nadi, suhu dan pernapasan
5.
Monitor adanya tanda hipoventilasi
6.
Pehatikan posisi pasien
7.
Monitor pola pernapasan abnormal
8.
Monitor suara paru
9.
Monitor kualitas dari nadi
10.
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
11.
Monitor respirasi dan status O2
12.
Atur peralatan oksigenasi
13.
Bantu mengeluarkan secret dengan batuk
14.
Dengarkan suara nafas dan catat suara abnormal.
|
3
|
RESIKO INFEKSI
Defenisi: mengalami peningkatan resiko terserang
organism patogenik
|
1.
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3.
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
4.
Jumlah leukosit dalam batas normal
5.
Menunjukan perilaku hidup sehat
|
1.
Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
2.
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
3.
Tinkatkan intake nutrisi
4.
Berikan terapi antibiotic bila perlu infection
protection
5.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
6.
Monitor kerentanan terhadap infeksi
7.
Dorong masukan cairan
8.
Dorong istrahat
9.
Ajarkan cara menghindari infeksi
10.
Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
alat
11.
Berikan perawatan kulit pada area epidema
12.
Monitor hitung granulosit, WBC
|
4
|
KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Devenisi: Perubahan
atau gangguan epidermis dan atau dermis
|
1.
Integrits kulit yang bai bisa dipertahankan
2.
Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3.
Perfusi jaringan baik
4.
Menujukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cederah berulang
5.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami
|
1.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakayan yang
longgar
2.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3.
Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
4.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
5.
Oleskan lotion atau minyak pada daerah yan
tertekan
6.
Monitor status nutrisi pasien
7.
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
8.
Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyambuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples
9.
Monitor tanda dan gejala infeksi
10.
Bersihkan daerah sekitar jahitan atau straples
denganmenggunakan lidi kapas steril
|
5.
|
PENURUNAN
CURAH JANTUNG
Defenisi :ketidak adekuatan darah yang di pompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh
|
1.
Tanda vital dalam rentan normal (TD, nadi dan
respirasi)
2.
Dapat mentoleransi aktifitas, tidak ada kelelahan
3.
Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
4.
Tidak ada
penurunan kesadaran
|
1.
Evaluasi adanya nyeri pada bagian dada
2.
Catat adanya distimia jantung
3.
Monitor status kardiofaskuler
4.
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung
5.
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
6.
Monitor tanda-tanda vital
7.
Monitor TTV setelah , selama dan sebelum melakukan
aktifitas
8.
Monitor bunyi jantung
9.
Monitor suara paru
10.
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
11.
Monitor kualitas dari nadi
12.
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
6
|
KETIDAK
EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS.
Defenisi:ketidak
mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
|
1.
Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih tidak ada sianosis dan dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.
Menunjukan jalan nafas yang paten(klien tidak
merasa tercekik, irama nafas frekuensi pernafasan dala rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
3.
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang
dapat menghambat jalan nafas
|
1.
Dengar suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2.
Minta klien untuk nafas dalam sebelum suction
dilakukan
3.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitas suksion nasotrackheal
4.
Gunakan alat yang steril setiap menggunakan
tindakan
5.
Buka jalan nafas
6.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
7.
Catat adanya suara tambahan pada pernapasn
8.
Berikan bronkodilator bila perlu
9.
Anjurkan pasien untuk istrahat dan napas dalm setelah kateter di keluarkan dari
nasotrakeal
10.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
11.
Monitor respirasi dan status O2
12.
Atur intake untuk cairan
13.
Mengoptimalkan keseimbangan
|
7
|
KETIDAK EFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
Defenisi: penurunan
sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
|
1.
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang di
harapkan
2.
Tidak ada ortostatik hiprtensi
3.
Tidak ada tanda- tanda peningkatan tekanan intra
cranial (tiidak ebih dari 15 mmHg)
4.
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
kemampuan
5.
Menunjukan perhatian, kosentrasi dan orientasi
6.
Memproses informasi Membuat keutusan dengan benar
|
1.
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/ tajam/tumpul
2.
Monitor adanya paretese
3.
Instruksikan keluaarga untuk mengobserfasi kulit
jikaada isi atau laserasi
4.
Guunakan sarun tangan untuk proteksi
5.
Baasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6.
Monitor kemampun BAB
7.
Kolaborasi pemberian analgetik
8.
Monitor adanya tromboplebitis Diskusikan mengenai
penyebab perubahaan sensasi
|
8
|
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
Defenisi: keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh satu atau
lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah.
|
1.
Aktifitas fisik klien meningkat
2.
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3.
Memferbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
4.
Memperagakan pengunaan alat bantu untuk mobilisasi
|
1.
Monitor vital sign sebelum /sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
2.
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3.
Bantu klien untu menggunakan tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap cedera
4.
Ajarkan pasien tentang tehnik ambulasi
5.
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6.
Latih pasien
dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
7.
Berikan alat bantu jika klin memerlukan
8.
Ajarkan pasien agaimana merunbah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
|
9
|
KETERLAMBATAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Defenisi: penyimpangan
atau kelainan dari aturan kelompok usia
|
1.
Anak berfungsi optimal sesuai dengan tingkatnnya
2.
Keluarga dan anak mampu menggunakan koping
terhadap tantangan karena adanya ketidak mampuan
3.
Keluarga mampu mendapatkan sumber- sumber sarana
komunitas
4.
Kematangan fisik: pria perubahan fisik normal pada
wanita yang terjadi dengan transisi dari masa kanak-anak ke dewasa
5.
Status nutrisi seimbang
|
1.
Kaji factor penyebab gangguan perkembangan
anak
2.
Identifikasikan dan gunakan sumber pendidikan
untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
3.
Berikan perawatan yang konsisten
4.
Tingkatkan komunikasi verbal
5.
Berikan instruksi berulang dan sederhana
6.
Berikan reinforcement positif atas hasil yang di
capai anak
7.
Manajemen peilaku anak yang sulit
8.
Kaji keadekuatan asupan nutrisi (misalnya kalori
dan zat gizi)
9.
Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat
badan
10.
Memantau kesesuaian perintah diet untuk memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari, dan sesuai
11.
Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi yang sesuai
12.
Mendorong asupan makanan tinggi makanan tinggi
kalsium
13.
Memberikan pasien dengan tinggi protein , tinggi
kalori, makanan dan minuman yang bergizi.
|
15
4. IMPEMENTASI
Implementasi
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Tindakan keperawatan dibedakan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional(Nursalam. 2011).
5. EVALUASI
Evaluasi
adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif /
evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang
dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai
dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Folume
cairan tubuh normal
b. Pola
hafas efektif
c. Resiko
infeksi teratasi atau tidak terjadi infeksi
d. Integritas
kulit normal
e. Curah
jantung dan frekuensi jantung normal
f. Tidak
terjadi bersihan jalan nafas
g. Perfusi
jaringan perifer efektif
h. Tidak
ada hambatan mobilitas fisik
i.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan
normal
Evalasi tersebut berdasarkan SOAPIE.
1.
S
(subjektif) adalah data yang di peroleh dari pasien dan keluarga melalui
wawancara.
2.
O
(objektif) adalah data yang di peroleh perawat melalui obserfasi ataupun
pemeriksaan fisik
3.
A
(analisis)
4.
P
(plening)
5.
I
(Implementasi)
6.
E
(evaluasi)
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong,
2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Umumnya dibagimenjadi 4 kelompok :
a. Sindroma nefrotik bawaan.
b. Sindroma nefrotik sekunder
c. Sindroma nefrotik idiopati
d. Glumerulosklerosis fokal segmental
Tanda
dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:
1.
Kenaikan berat badan
2.
Wajah tampak sembab (edema fascialis)
terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di
siang hari
3.
Pembengkakan abdomen (asites)
4.
Efusi pleura
5.
Pembengkakan labia atau skrotum
6.
Edema pada mukosa intestinal yang
dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
B.
SARAN
a.
Bagi institusi pendidikan
Setiap
institusi pendidikan di harapkan dapat menjadikan makalah ini sebagai masukan
ilmu pengetahuan dalam proses belajar mengajar ataupun perkuliahan
b.
Bagi
penulis
Dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan,
serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar
Namun Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.
Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk masukan
dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan
menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana
17
DAFTAR
PUSTAKA
Nanda
nic-noc (2013) panduan penyusunan asuhan
keperawatan. Jilid 2
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
2. Jakarta : Media Aesculapius
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FK UI.
Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J.
McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth
Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar