Minggu, 16 Oktober 2016

MAKALAH SINDROM NEFROTIK

TUGAS                      : MAKALAH KMB
DOSEN                      : NS. MUSRIANI, S.Kep., M.Kes



DI SUSUN OLEH  KEL IV:
WA ENI KOLA
LISNA WATI
JAMALIA
JUMALIA NUR FAESAT
INDRA NUR CAHYANI
WA ODE NOVE


TINGKAT: II.A

AKADEMIK KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
TAHUN AJARAN
2016


KATA PENGANTAR


Alhamdulilllah kami haturkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
 Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok pada mata kuliah KMB. Dimana dalam makalah ini membahas mengenai  KONSEP DASAR DAN KONSEP KEPERAWATAN PENYAKIT SINDROM NEFROTIK. Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.

Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan yang lebih bijaksana sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif,  karena dengan adanya kritik dan saran yang membangun tersebut dapat memberikan wawasan kepada kami untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                                        


                                                     


                                                                                                         Raha,21 september  2016
                                                                                                            



                                                                                                                        Penulis


























i
DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR…………………………………………………………………..…            i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………  ii
BAB I
»PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG………………………………………………… 1
B.     RUMUSAN MASALAH………………………………………………            1
C.     TUJUAN PENULISAN………………………………………………..            1
D.    MANFAAT PENULISAN……………………………………………..            2
BAB II
            »PEMBAHASAN
A.    KONSEP DASAR …………………………………………………… 3
1.      PENGERTIAN…………………………………………………  3
2.      ETIOLOGI………………………………………………..........   3
3.      PATOFISIOLOGI……………………………………………..   4
4.      MANIFESTASI KLINIS………………………………………  4
5.      TANDA DAN GEJALA……………………………………….  4
6.      KOMPLIKASI…………………………………………………..            5
7.      PEMERIKSAAN PENUNJANG.……………………………..  5
8.      PATHWAY…………………………………………………….   6
B.     KONSEP KEPERAWATAN….……………………………………..  8         
1.      PENGKAJIAN…………………………………………………  8
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………  11
3.      INTERVENSI KEPERAWATAN……………………………..  12
4.      IMPLEMENTASI ……………………………………………..   15
5.      EVALUASI…………………………………………………….  16

BAB III
            »PENUTUP
A.    KESIMPULAN……………………………………………………..      17
B.     SARAN……………………………………………………………..      17
DAFTAR PSTAKA……………………………………………………….……………      18














ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.Sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar  pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun 1995-2000.Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini.

Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital,glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia  kurang dari 6 bulan, merupakan kelainankongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. Pada tulisan ini hanyaakan dibicarakan SN idiopatik.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana konsep dasar dari penyakit SN?
2.      Bagaimana konsep keperawatan penyakit SN?

C.     TUJUAN PENULISAN


1.      Tujuan Umum

Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan asuhan keperawatan pada penderita penyakit sindrom nefrotik. Serta di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan tentang penyakit sindrom nefrotik

2.      Tujuan Khusus
Dengan membaca makalah ini mahasiswa ataupun pembaca mampu:
a.       Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit sindrom nefrotik
b.      Mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari penyakit sindrom nefrotik.












1

D.    MANFAAT PENULISAN

a.       Bagi rumah sakit

Sebagai sumbangan informasi tentang kasus- kasus dengan penyakit sindrom nefrotik.

b.      Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran atau perkuliahan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan yang berhubungan  dengan penyakit sindrom nefrotik.
c.       Bagi profesi keperawatan

Dapat menjadi penambah pengetahuan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan khususnya dalam melakukan praktik kesehatan serta dalam proses pembuatan ASKEP

d.      Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan mengenai penyakit sindrom nefrotik, serta dapat dijadikan sebagai panduan belajar dan dalam pembuatan asuhan keperawatan.



















2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP MEDIS

1.      PENGERTIAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong, 2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
2.      ETIOLOGI
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagimenjadi 4 kelompok :
1. Sindroma nefrotik bawaan.
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik
2.    Sindroma nefrotik sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain
3.      Sindroma nefrotik idiopati
Berdasarkan histopatologis Sindro nefrotik  idiopati  dibagi dalm beberapa  golongan (Churg dkk)
a.       Kelainan minimal
b.      Nefropati membranosa
c.       Glomerulonefritis poliferatif

4.      Glumerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sclerosis glomerulus. Sering di sertai atrofi trubulus dan prognosis yang buruk.




3
3.      PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia

4.      MANIFESTASI KLINIK
a.       Edema
b.      Proteinuria
c.       Hipoalbuminemia
d.      Hiperkolesterolemia.
e.       Oliguria
f.       Beta 1C globin (C3) normal

5.      TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:
1.      Kenaikan berat badan
2.      Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3.      Pembengkakan abdomen (asites)
4.      Efusi pleura
5.      Pembengkakan labia atau skrotum
6.      Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
7.      Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8.      Iritabilitas
9.      Mudah letih
10.  Letargi
11.  Tekanan darah meningkat
12.  Rentan terhadap infeksi
13.  Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih

4
6.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
1.      Hipovolemi
2.      Infeksi pneumokokus
3.      Emboli pulmoner
4.      Peritonitis
5.      Gagal ginjal kronis
6.      Dehidrasi
7.      Venous trombosis
8.      Aterosklerosis


7.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.  Analisa urine : Adanya protein, silinder, sel darah merah
b. Analisa darah : Protein serum (total albumin, globulin, kolestrol)

















5
8.     
   Fungsi filtrasi glomerolus
Perubahan permeabilitas membrane glomerolus
Kerusakan glomerolus
Idiopatik, sekunder bawaan dan local segmen
PATHWAY

Protein terfiltrasi
Pengeluaran ig G & ig A
Pengeluaran antitrombin
Hipoalbumi nemia
Tekanan koloid
Darah cepat membekuh
   Sistem imun
Peningkatan tekanan hidrostatik
trombus
Resiko infeksi
Kelebihan folume cairan
Cairan masuk ke ekstraseluler
Edema
Penurunan volume intrafaskuler
Penekanan tubuh terlalu dalam
Alat kelamin membengkak
Asites
Penurunan nutrisi dan O2
Hipoksia jaringan
Mata
Pembengkakan pda poriorbita
Paru-paru
Menekan saraf fagus
Menekan diafragma
Peningkatan ADH
Persepsi kenyang
Otot pernapasan tidak optimal
Efusi pleura
Iskemia
Nekrosis
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Nafsu makan menurun
Nafas tidak adekuat
Gangguan pemenuhan nutrisi
Ketidak efektifan pola nafas
kelemahan
Peningkatan reabsorbsi air
Kerusakan integritas kulit
Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
Peningkatan sintesis protei di hati
 



























Peningkatan alpha 2-maroglobulin & lipoprotein
Hambatan mobilitas fisik
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
Penurunan volume urin yang di ekskresi
Pemecahan lemak dan protein
Malnutrisi
hiperlipida
Oliguri
Hipofolemia
Peningkatan granulasi sel-sel gromerolus
Sekresi renin
Mengubah angiotensin menjadi angiotensin I & II
Peningkatan kolesterol darah
Peningkatan LDL & VLDL
Peningkatan aldosteron
Efek vasokontriksi arterioral perifer
Penurunan tekanan arteri
Merangsang reabsorbsi Na+ dan air
Penngkatan volume plasma
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan beban kerja jantung
Penurunan curah jantung
Absorbs air oleh usus
Feses mengeras
Konstipasi
 





























7
B.     KONSEP KEPERAWATAN
Proses keperawatan di anggap sebagai suatu dasar huku praktik keperawatan. Menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam mengembangkan standar praktik keperawatan,
Proses keperawatan telah di gunakan sebagai suatu kerangka konsep kurikulum keperawatan, yang terdiri atas lima tahap yaitu: pengkajian, diagnose, interfensi, implemenasi dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut tidak dapat di pisahkan dan saling berhubungan  yang dapat di jadikan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu meningkatkan, mempertahankan kesehatan dan membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada paien terminal serta memungkinkan pasien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya sendiri menjadi lebih baik. (Basford & Slevin, 2006)
1.  PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses keperawatan yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data unruk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien ( Basford & Slevin, 2006).
a.       Pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah- masalah serta kebutuhan klien, biasanya menggunakan anamnesa, atau wawancara, obserfasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi, data dapat di peroleh dari klien sendiri, keluarga klien atau orang lain yang ada hubungannya dengan klien, catatan medic serta tim kesehatan lain (Basford & Slevin, 2006)

1.      Biodata
a.    Identitas Klien.
Meliputi Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua atau orang yang bertanggung jawab.

b.      Identitas Penanggung Jawab

 Meliputi Nama, umur,status,  jenis kelamin, alamat, suku atau bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2.      Riwayat Kesehatan

a.  Riwayat Kesehatan sekarang

1)      Keluhan Utama

Keluhan utama adalah hal yang paling dirasakan saat dilakukan pengkajian.Biasanya keluhan utama pasien adalah badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun.





8
2) Riwayat Keluhan Uatma.
Menggambarkan informasi yang berkaitan dengan keluhan utama dengan menggunakan metode PQRST yaitu:
                                                            i.            Paliatif/Profokatif (P): apakah ada peristiwa yang menjadi factor timbulnya keluhan dan bertambah atau berkurangnya keluhan.
                                                          ii.            Quqlitatif/quantitas (Q): bagaimana bentuk dan gambaran keluhan dan sejauh mana tingkat keluhan
                                                        iii.            Region/Radiasi ( R ) : lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya.
                                                        iv.            Skala/Saverity (S) : identitas keluhan apakah sampai mengganggu atau tidak
                                                          v.            Timing/time ( T ): kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung, serta pada saat apa serangan terjadi
3) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Riwayat yang menjelaskan tentang alasan klien masuk rumah sakit, termaksut kronologis terjadinya penyebab tersebut.

b.   Riwayat Kesehatan Dahulu.
            Riwayat penyakit yang pernah diderita. Misalnya edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis.
c.  Riwayat Kesehatan Keluarga.
Data keluarga yang menderita penyakit yang sama, karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
3.      Pola aktivitas sehari- hari
a.       Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.
b.      Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.
c.       Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
d.      Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
e.       Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
9
4.       Riwayat Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orang tua.
5.      Riwayat psikososial
Bagaimana hubungan social pasien dengan keluarga ataupun perawat, serta bagaimana tanggapan pasien terhadap penyakit yang di derita
6.      Pemeriksaan fisik
1)      Pemeriksaan fisik
a)      Keadaan umum : lemah
b)      Kesadaran
                                 Pada umunya : Compos mentis E5 M6 V5
c)      Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan TD, pemeriksaan umum, pemeriksaan secara persistem inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

d)     Sistem Indra
1.      Mata  :   Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
2.      Telinga : Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
3.      Hidung :Penciuman baik Mulut : Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.

e)      Sistem pernapasan
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.

f)       Sistem kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali. Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.Pembengkakan pada area bawah, peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher (pada kasus berat), adanya nyeri tekan pada bagian dada.

g)      Sistem pencernaan
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat. Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali, abdomen simetris dan bising usus positif. Nafsu makan menurun, peningkatan berat badan menunjukan udema (bronhkitis) Rectum atau anus masi berfungsi dengan baik. Refleks muntah aktif.

10
h)      Sistem perkemihan
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada penis,jumlah urin yang di produksi 600-700 ml/ hari. Adanya hematuria dan poliuria.

i)        Sistem endokrin
Biasanya kelenjar tidak teraba. Tiroid dan nodus tidak teraba.
j)        Sistem integumen
Biasanya kulit pasien ditemukan berwarna pucat karena kekurangan darah, dan biasanya kasar. Adanya pembengkakan disebagian tubuh.

k)      Sistem reproduksi
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada penis, tidak ada rabas fagina.

l)        Sistem musculoskeletal
Keletihan, insomnia, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, penurunan kemampuan

m)    Sistem imun
Daya tahan tubuh lemah karena penurunan metabolisme sel.
n)      Sistem persarafan
Pada klien PPOK biasanya tidak ditemukan gangguan persarafan GCS biasanya normal,  E5 V5 M5

7.      Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin.
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh diagnose yang akan mungkin muncul pada penderita sindrom nefrotik yaitu :
a.       Kelebihan folume cairan
b.      Ketidak efektifan pola hafas
c.       Resiko infeksi
d.      Kerusakan integritas kulit
e.       Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload, kontraktilitas dan frekuensi jantung
11
f.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
g.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
h.      Hambatan mobilitas fisik
i.        Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


3.      INTERFENSI
Rencana keperawatan adalah penentuan bagaimana dapat membantu klien dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemulihan, pemeliharaan, atau promosi kesehatan ( Paula J. Christensen Janet W. Kenney, 2009).

No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1
KELEBIHAN FOLUME CAIRAN
Defenisi: peningkatan retensi cairan isotonic
1.      Terbebas dari edema, efusi dan anaskara
2.      Bunyi nafas bersih tidak adadyispneu/ortopneu
3.      Terbebas dari dsitensi vena jugularis, reflek hepatojugular(+)
4.      Memelihara tekanan vena, sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal,
5.      Menjelaskan indicator kelebihan cairan
1.      Timbang pokok /pembalut jika di perlikan
2.      Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3.      Pasang urin kateter jika di perlukan
4.      Monitor hasil HB yang sesuai dengan retensi cairan
5.      Monitor vital sign
6.      Kaji lokasi dan luas edema
7.      Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
8.      Monitor status nutrisi
9.      Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
10.  Monitor adanya distensi leher, edema perifer dan penambahan berat badan
11.  Monitor tanda dan gejala dari edema
2
KETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS
Defenisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak mmberi ventilasi

1.      Mendemonstrasikan batuk efektif, dari nafas yang bersih, tidak ada sianosis (mampu mengeluarkan sputum dan mampu bernapas dengan mudah
2.      Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal dan tidak ada suara yang abnormal)
3.      TTV normal (TD, suhu dan pernapasan).
1.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.      Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
3.      Buka jalan nafas
4.      Monitor TD, nadi, suhu dan pernapasan
5.      Monitor adanya tanda hipoventilasi
6.      Pehatikan posisi pasien
7.      Monitor pola pernapasan abnormal
8.      Monitor suara paru
9.      Monitor kualitas dari nadi
10.  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
11.  Monitor respirasi dan status O2
12.  Atur peralatan oksigenasi
13.  Bantu mengeluarkan secret dengan batuk
14.  Dengarkan suara nafas dan catat suara abnormal.
3
RESIKO INFEKSI
Defenisi: mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenik
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3.      Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4.      Jumlah leukosit dalam batas normal
5.      Menunjukan perilaku hidup sehat
1.      Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
2.      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3.      Tinkatkan intake nutrisi
4.      Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection
5.      Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
6.      Monitor kerentanan terhadap infeksi
7.      Dorong masukan cairan
8.      Dorong istrahat
9.      Ajarkan cara menghindari infeksi
10.  Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
11.  Berikan perawatan kulit pada area epidema
12.  Monitor hitung granulosit, WBC
4
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
Devenisi: Perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis
1.      Integrits kulit yang bai bisa dipertahankan
2.      Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3.      Perfusi jaringan baik
4.      Menujukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cederah berulang
5.      Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
1.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakayan yang longgar
2.      Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3.      Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
4.      Monitor kulit akan adanya kemerahan
5.      Oleskan lotion atau minyak pada daerah yan tertekan
6.      Monitor status nutrisi pasien
7.      Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
8.      Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyambuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples
9.      Monitor tanda dan gejala infeksi
10.  Bersihkan daerah sekitar jahitan atau straples denganmenggunakan lidi kapas steril
5.
PENURUNAN CURAH JANTUNG
Defenisi :ketidak adekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh


1.      Tanda vital dalam rentan normal (TD, nadi dan respirasi)
2.      Dapat mentoleransi aktifitas, tidak ada kelelahan
3.      Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
4.       Tidak ada penurunan kesadaran
1.      Evaluasi adanya nyeri pada bagian dada
2.      Catat adanya distimia jantung
3.      Monitor status kardiofaskuler
4.      Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
5.      Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
6.      Monitor tanda-tanda vital
7.      Monitor TTV setelah , selama dan sebelum melakukan aktifitas
8.      Monitor bunyi jantung
9.      Monitor suara paru
10.  Monitor frekuensi dan irama pernafasan
11.  Monitor kualitas dari nadi
12.  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
6
KETIDAK EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS.
Defenisi:ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas

1.      Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis dan dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.      Menunjukan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas frekuensi pernafasan dala rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3.      Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
1.      Dengar suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2.      Minta klien untuk nafas dalam sebelum suction dilakukan
3.      Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitas suksion nasotrackheal
4.      Gunakan alat yang steril setiap menggunakan tindakan
5.      Buka jalan nafas
6.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
7.      Catat adanya suara tambahan pada pernapasn
8.      Berikan bronkodilator bila perlu
9.      Anjurkan pasien untuk istrahat dan napas dalm  setelah kateter di keluarkan dari nasotrakeal
10.  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
11.  Monitor respirasi dan status O2
12.  Atur intake untuk cairan
13.  Mengoptimalkan keseimbangan
7
KETIDAK EFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
Defenisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
1.      Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang di harapkan
2.      Tidak ada ortostatik hiprtensi
3.      Tidak ada tanda- tanda peningkatan tekanan intra cranial (tiidak ebih dari 15 mmHg)
4.      Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
5.      Menunjukan perhatian, kosentrasi dan orientasi
6.      Memproses informasi Membuat keutusan dengan benar

1.      Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/ tajam/tumpul
2.      Monitor adanya paretese
3.      Instruksikan keluaarga untuk mengobserfasi kulit jikaada isi atau laserasi
4.      Guunakan sarun tangan untuk proteksi
5.      Baasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6.      Monitor kemampun BAB
7.      Kolaborasi pemberian analgetik
8.      Monitor adanya tromboplebitis Diskusikan mengenai penyebab perubahaan sensasi
8
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Defenisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh  satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah.
1.      Aktifitas fisik klien meningkat
2.      Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3.      Memferbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4.      Memperagakan pengunaan alat bantu untuk mobilisasi

1.      Monitor vital sign sebelum /sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2.      Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3.      Bantu klien untu menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
4.      Ajarkan pasien tentang tehnik ambulasi
5.      Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6.      Latih pasien  dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
7.      Berikan alat bantu jika klin memerlukan
8.      Ajarkan pasien agaimana merunbah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
9
KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Defenisi: penyimpangan atau kelainan dari aturan kelompok usia
1.      Anak berfungsi optimal sesuai dengan tingkatnnya
2.      Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidak mampuan
3.      Keluarga mampu mendapatkan sumber- sumber sarana komunitas
4.      Kematangan fisik: pria perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi dari masa kanak-anak ke dewasa
5.      Status nutrisi seimbang

1.      Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak 
2.      Identifikasikan dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
3.      Berikan perawatan yang konsisten
4.      Tingkatkan komunikasi verbal
5.      Berikan instruksi berulang dan sederhana
6.      Berikan reinforcement positif atas hasil yang di capai anak
7.      Manajemen peilaku anak yang sulit
8.      Kaji keadekuatan asupan nutrisi (misalnya kalori dan zat gizi)
9.      Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badan
10.  Memantau kesesuaian perintah diet untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari, dan sesuai
11.  Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi yang sesuai
12.  Mendorong asupan makanan tinggi makanan tinggi kalsium
13.  Memberikan pasien dengan tinggi protein , tinggi kalori, makanan dan minuman yang bergizi.  





15
4.  IMPEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Tindakan keperawatan dibedakan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional(Nursalam. 2011).

5.      EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a.       Folume cairan tubuh normal
b.      Pola hafas efektif
c.       Resiko infeksi teratasi atau tidak terjadi infeksi
d.      Integritas kulit normal
e.       Curah jantung dan frekuensi jantung normal
f.       Tidak terjadi bersihan jalan nafas
g.      Perfusi jaringan perifer efektif
h.      Tidak ada hambatan mobilitas fisik
i.        Pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal

Evalasi tersebut berdasarkan SOAPIE.
1.      S (subjektif) adalah data yang di peroleh dari pasien dan keluarga melalui wawancara.
2.      O (objektif) adalah data yang di peroleh perawat melalui obserfasi ataupun pemeriksaan fisik
3.      A (analisis)
4.      P (plening)
5.      I (Implementasi)
6.      E (evaluasi)



16
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong, 2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
 Umumnya dibagimenjadi 4 kelompok :
a.       Sindroma nefrotik bawaan.
b.      Sindroma nefrotik sekunder
c.       Sindroma nefrotik idiopati
d.      Glumerulosklerosis fokal segmental
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:
1.      Kenaikan berat badan
2.      Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3.      Pembengkakan abdomen (asites)
4.      Efusi pleura
5.      Pembengkakan labia atau skrotum
6.      Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
B.     SARAN
a.        Bagi institusi pendidikan
Setiap institusi pendidikan di harapkan dapat menjadikan makalah ini sebagai masukan ilmu pengetahuan dalam proses belajar mengajar ataupun perkuliahan
b.      Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan, serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar
Namun Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana



17
DAFTAR PUSTAKA

Nanda nic-noc (2013) panduan penyusunan asuhan keperawatan. Jilid 2
Doengoes, Marilynn E. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan Dan  Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
Wong, Donna L. 2006.  Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.














18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar