askep
pielonefritis
Defenisi
Pielonefritis adalah
infeksi saluran kemih ascending yang telah mencapai''''pyelum (panggul) dari
ginjal (nephros''''dalam bahasa Yunani).
Pielonefritis merupakan
suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograde
aliran ureterik ( J. C. E. Underwood, 2002: 668 )
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal (Brunner & Suddarth,
2002: 1436).
Pielonefritis merupakan
infeksi bakteri yang menyerang ginjal dari salah satu
atau kedua ginjal yang bersifat akut
maupun kronis.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab
radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada
yang kronis (Tambayong. 200)
Epidemiologi
Infeksi saluran kemih
dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada
anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur,
kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran
kemih yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal Tingkat infeksi untuk wanita
dikalangan usia sekolah kira-kira 1% dan 4% pada usia masa subur ISK lebih
sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena
kedekatan jarak anus
dengan meatus uretra dan uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan
lebih mudah masuk ke kandung kemih. (Potter & Perry, 2005,1687)
Faktor lain adalah
kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit lubang uretra pada
waktu berhubungan kelamin. Uterus pada wanita juga dapat menghambat aliran
urine pada keadaan tertentu.
Etiologi
·
Bakteri
(Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
·
Obstruksi
urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
·
Refluks,
yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam
ureter.
·
Kehamilan
·
Kencing
Manis
·
Keadaan-keadaan
menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar
rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi
biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya
batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.
Keadaan
lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
-
Kehamilan
-
kencing manis
-
keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.
Manifestasi Klinis
a. Pielonefritis akut:
pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri tekan pada
kostovertebrel(CVA), Leokositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam
urin selain itu gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering
berkemih umumnya terjadi.
Infeksi
saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.
Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial
sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut,
berkontraksi dan tidak berfungsi
b.
Pielonefritis kronis: biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali
terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencakup keletiah sakit
kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan
berat badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan
parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.
Namun gejala yang paling
umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri
punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan
gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih
yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri
hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya
iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal.
Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Patofisiologi
Pielonefritis akut
biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang
disebut dengan pielonefritis kronis.
Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang
mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari
3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero
vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin
mengalir balik(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi
traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor
kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius
merupakan penyebab yang lain.
Bakteri naik ke ginjal
dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal
seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis
akut. E.coli menyebabkan sekitar 85% infeksi.
Pada pielonefritis
akut, inflamasi menyebabkan pembesaran
ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses.
Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi
menghsilkan fibrosis dan scaring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode
berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan
menjadi atrophic. Jika destruksi nefron
meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
· Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk
penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
· Hematuria: hematuria- positif bila terdapat 5-10
eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
· Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi. 102 -103 organisme koliform / mL urin plus piuria
· Biakan bakteri
· Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan
warna pada uji carik
c. Kultur urine untuk
mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung
koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
e. Metode tes
· Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)
dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
· Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami
piuria.
· Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
f. Penyakit Menular
Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
g. Tes- tes tambahan :
· Urogram intravena (IVU).
· Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate.
· Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya
infeksi yang resisten.
Komplikasi
Ada tiga komplikasi
penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik
J. C. E. Underwood, 2002: 669):
a.
Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama
pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b.
Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
c.
Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis
kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya
progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi,
dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai
urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437).
Penatalaksanaan medis dan Keperawatan
A.
Penatalaksanaa
medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007 yaitu:
·
Mengurangi
demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin,
cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
·
Merilekskan
otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propantheline (Pro-Banthine)
·
Pada
kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
B.
Penetalaksanaan
keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007 yaitu:
·
Mengkaji
riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
·
Monitor
Vital Sign
·
Melakukan
pemeriksaan fisik
·
Mengobservasi
dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
·
Mengumpulkan
spesimen urin segar untuk urinalisis.
·
Memantau
input dan output cairan.
·
Mengevaluasi
hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
·
Memberikan
dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis
menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a) Anamnesis:
Pada umumnya memiliki
beberapa gejala seperti demam dan mengigil. Dan akan merasa kesulitan untuk BAK
yang akan menyebabkan nyeri karena adanya infeksi dan distensi kandung kemih.
Akibat dari distensi pada kandung kemih sehingga lama kelamaan akan berdampak
pada ginjal yang nantinya terjadi infeksi ginjal.
b) Kebutuhan istrahat dan
aktifitas
·
Klien mengeluh demam, kesulitan BAK, sering
terbangun pada malam hari untuk BAK, namun urine yang keluar sedikit.
c) Ditemukan adanya piuria dan
bakteruiria pada saat pemeriksaan laboratorium. Terjadi kelemahan dan cemas. Pembengkakan
pada kostvertebral (CVA)
d)
Kebutuhan integritas pribadi
·
Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang
panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan
·
Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada
tahap awal) dan kecemasan
e) Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
·
Klien melaporkan adanya nyeri saat BAK
·
Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian
yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan
f) Kebutuhan pola eliminasi
urine
·
Klien melaporkan susah untuk BAK, dan sering
bangun malam hari
·
Dapat ditemukan pembengkakan di kostovertebral
(CVA), bakteriuria dan piuria
·
Karakteristik urine : keruh, jumlah urine
800-1000 ml/24 jam, dengan bau yang tajam.
g) Kebutuhan Interaksi sosial
·
Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena
penyakit yang diderita, perubahan pola peran.
Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
b. Perubahan pola eliminasi
urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan
infeksi pada ginjal.
c. Nyeri yang
berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
d. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak
adekuat
f. Kurang pengetahuan
yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
INTERVENSI
Dx. 1 : Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap
infeksi.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1.
Pantau suhu klien (derajat/pola), perhatikan mengigil/diaforesis
2.
Pantau suhu lingkungan
3.
Berikan kompres hangat
4.
Berikan selimut dingin
Kolaborasi :
5. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (tylenol)
|
1. anda
vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.
2. Suhu
ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
3. Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan
air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual.
4. Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar
dari 39,50-400 C pada
waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak
5. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
|
Dx 2 : Perubahan pola eliminasi urine (disuria,
dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada
ginjal.
Intervensi :
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1. Ukur
dan catat urine setiap kali berkemih serta karakteristik urine
2. Anjurkan
untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
3. Kaji keluhan kandung
kemih penuh
4. Observasi perubahan
status mental: perilaku atau tingkat kesadaran.
5. Bantu
klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Kolaborasi :
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin.
7. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urin.
8. Tingkatkan masukan sari
buah beri dan berikan obat-obatan untuk meningkatakanasam urine
|
1. Untuk
mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2. Untuk
mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3. Retensi urin dapat
terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandungan kemih/ginjal).
4. Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat.
5. Supaya
klien tidak sukar untuk berkemih.
6. Pengawasan terhadap
disfungsi ginjal
7. Asam urin menghalangi
tumbuhnya kuman
8. Peningkatan masukan sari
buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
|
Dx 3 : Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat
atau meringankan nyeri
2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat
aktivitas yang dapat di toleran
3. Anjurkan
minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
4. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung,
lingkungan istirahat
Kolaborasi:
5.
Berikan obat analgetik sesuai dengan
program terapi.
|
1. Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2.
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3.
Untuk membantu klien dalam berkemih
4. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
5.
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga dapat mengurangi nyeri
|
Dx
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1.
Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan.
Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan.
2.
Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat
laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital
selama dan setelah beraktivitas
|
1.
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
2.
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan
pemilihan intervensi
|
Dx 5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1.
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
2.
Pastikan kontinuitas kateter pirau/akses
3.
Tempatkan pasien pada posisi telentang/tredelenburg
sesui kebutuhan
4.
Pantau mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang
baik, dan rasa haus
Kolaborasi
5.
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Ht/hb,elektrolit serum
dan PH, Waktu pembekuan, contoh ACT, PT/PTT,
dan Jumlah trombosit
6.
Berikan cariran IV (contoh, garam faal)/ volume
ekspender (contoh albumin)selama dialisa sesuai indikasi
|
1.
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input/output
2.
Terputusnya pirau/ akses terbuka akan memungkinkan
eksanguinasi
3.
Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi
4.
Hipovolemia/cairian ruang ketiga akan memperkuat
tanda-tanda dehidrasi
5.
Menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan darah
actual
Ketidak seimbangan dapat memerlukan perubahan dalam
cairan dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan
Penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran
darah dan hemofilter mengubah koagulasi dan potensial darah aktif
6.
Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam
sisi vena hemofelter Cav bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk
membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspender mungkin
dibutuhkan selama/setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba
|
Dx
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Intervensi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3.
Beri dorongan spiritual
4.
Beri penjelasan tentang penyakitnya
|
1. Untuk
mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Agar
klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3. Agar
klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien
4. Agar
klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar